Postingan

Menampilkan postingan dari 2018

Hati yang tertata kembali

Gambar
Benteng Ulantha, Bone Bolango, Indonesia. Mata ini mulai terbiasa Melihat dua insan yang sedang beradu kata Bibir ini mulai terbiasa Mengucap aku tak apa Padahal hati sedang diasah Benak ini mulai terbiasa Dipenuhi masalah yang seharusnya tak ada Hanya perlu waktu Tuk mengatakan aku mampu Cepat atau lambat pun tak tentu Menunggu hati agar tidak runtuh Pohon mahoni telah menjadi saksi Di sandarannya ku hanya ingin menyendiri Berbagi semua kesedihan yang tak berarti Sesekali menyanyi Agar duka itu pergi Walau terkadang akan datang lagi Satu hal yang ku sadari Aku tak perlu lari Menyembunyikan hati, Menyalahkan diri, Dan akhirnya sakit sendiri Cukup, Lihatlah di luar sana Ada senyuman yang lebih indah Dengan mata coklat yang merekah Yang senang mengelus kepala Yang membuat hati kembali tertata Dan akhirnya patah hanyalah sebuah kata 7 November 2018 Rabu sore, dengan hati yang terlahir kembali.

Kuatlah, kata Mama

Gambar
Di Atas Kapal, Pelabuhan Anggrek, Gorontalo Utara. Kenangan itu seperti bom waktu Tertimbun di alam bawah sadar Siap meledak tanpa aba-aba Kenangan itu seperti mafia Bersembunyi di kala terang Menyerang saat gelap Saat hati sedang lelah Dan pikiran sedang goyah Ku ingin lupa Tapi kenangan itu terlalu merekat Tidak pula memiliki sekat Menyebar di setiap sudut pekat Dan apapun yang kau lakukan akan selalu ingat Kuatlah, kata Mama Wanita lemah bukanlah kita Hati bisa jadi sebuah perkara Tapi jangan sampai menjadi bencana Hidup tak melulu soal dia Bagaimana dengan cinta orang tua? Teman yang selalu ada? Kualitas diri yang harus terus diasah? Perlahan kau akan lupa Yakin saja Tersenyumlah Bahagialah Senyuman mu sedang ditunggu seseorang di luar sana Jadi, Bersabarlah 29 Oktober 2018 Senin malam, bersama mata yang terlelap.

Samapta bagiku;

Gambar
Yonko 464 Paskhas, Malang, Jawa Timur, Indonesia. Samapta bagiku; Pohon rindang senyaman kasur busa Rentetan tembakan bagai panggilan mama Pagi terasa malam Malam pun tetap sama Samapta bagiku; Setiap langkah harus seirama Tak lupa pula bersuara Ego harus mengalah Karena setiap kekuatan itu berbeda Samapta bagiku; Daun kering, botol minum, dan kantung pasir Siang dengan teriknya Malam dengan dinginnya Dan kami dengan hitamnya Samapta bagiku; Merupakan sebuah ujian Bukan hanya tentang menghafalkan gerakan dan teori Bukan juga dianggap terkuat oleh pelatih Tapi tentang menguatkan hati Tak melulu soal fisik Karena hal itu sudah pasti Samapta bagiku; Bukan hanya tentang menahan kantuk Bukan pula menahan emosi karena dihukum Tapi tentang menjaga hati tetap utuh Walau telah berkali-kali jatuh Samapta bagiku; Tak hanya menyisakan kulit yang menggelap Namun juga tulisan di saat terlelap 25 Oktober 2018 Kamis sore, dengan kalimat yang tak ku mengerti.

Aku Kira Aku Sudah Lupa

Gambar
Kebun Stroberi, Malino, Sulawesi Selatan Hari ini melelahkan seperti biasanya Fisik ini belum menyerah Pun hati ini tetap tabah Anggap saja demikian Hari ini melelahkan seperti biasanya Perasaan itu masih ada Pun dirimu tetap sama Menatapku pun enggan Aku kira aku sudah lupa Ternyata bersembunyi saja Lalu ditataplah matanya Dan berantakan semuanya Kamu terlalu dekat Buat aku sesak Beri aku jeda Tuk mengingat bahwa kita sudah tak ada 19 Oktober 2018 Jumat siang, awal perjuangan hati.

Untuk Gadis yang Sedang Duduk di Depan Kaca

Gambar
Tulisan ini bukan untuk mereka Bukan untuk dia Bukan pula untukmu Tulisan ini bukan tentang mereka yang berada di bawah atap itu Bukan tentang dia yang telah menghindar dariku Bukan pula tentangmu yang sedang menebak seperti apa aku Tulisan ini untuk Ifah Gadis yang kurang suka dipanggil Arifah Gadis yang berusaha mengepakkan sayapnya Gadis yang selalu merindukan orang rumah Gadis yang selalu mencari celah bahagia di setiap langkahnya Gadis yang kadang lupa kalau dia berharga Gadis yang mulai redup kepercayaan dirinya Ah terlalu banyak jika disebutkan semua Namun satu yang tak pernah dia lupa Kecintaan pada dirinya adalah yang utama Kau akan sering melihat dia tertawa Dan mungkin akan bosan dengan senyumnya yang sok manja Atau potret wajahnya yang selalu terpampang di media sosial Dia takkan peduli komentar di luar sana Dia bahagia, itu saja Untuk gadis bernama Ifah Tuhan sedang menyaksikanmu dari atas sana Ibu dan Bapak tak per
Gambar
Hairs on the floor Tears on the pillow And you again, When these eyes are closed s ince six months ago You're still in my writings In all those tears In the every waking-up-at-3am In the playlist i'm listening to I'm the one to blame To lift the weight To say sorry To be in guilty It's over you said And i have no right for t he "i miss you" thing I knew it Call me unstable When this heart still beats for you You're doing fine I wish i was, too 9am In my bed.

Dan

Dan.. Dan bila esok , datang kembali Seperti sedia kala dimana kau bisa bercanda Dan...perlahan kaupun lupakan aku Mimpi burukmu , dimana t e lah ku tancapkan duri tajam Kaupun menangis , menangis sedih Maafkan aku Dan. .. bukan maksudku , bukan inginku Melukaimu sadarkan kau di sini kupun terluka Melupakanm u, menepikanmu Maafkan aku Lupakan saja diriku Bila itu bisa membuatmu Kembali bersinar dan berpijar Seperti dulu kala Caci maki saja diriku Bila itu bisa membuatmu Kembali bersinar dan berpijar Seperti dulu kala Dan...bukan maksudku , bukan inginku Melukaimu sadarkan kau di sini kupun terluka Melupakanmu , menepikanmu Maafkan aku - Sheila on 7 dalam menyuarak an isi hati

Hibernasi saja

Gambar
Siang begitu terik Malam pun begitu dingin Hingga menembus kulit Bahkan tidurpun sulit Tak ada yang salah Aku saja yang hilang arah Sesaat ku mudah marah Sesaat ku menangis sejadi-jadinya Tidur enggan Bulan terlalu indah Bangunpun sungkan Matahari begitu merekah Matikan saja lampunya Tutup jendelanya Nyalakan kipasnya Gelap saja, aku suka Biarkan musik itu bercerita Baik itu menangis ataupun tertawa Aku tetap suka Kan kudengar hingga terlelap mata Esok ataupun lusa Rasanya berat untuk dibawa Bolehkah ku hibernasi saja? Biar bantal yang memikul semua Friday 7.17 am Jumat seharusnya menyenangkan

Kamu Baik?

Gambar
Teringat jelas kala itu Bagai merpati betina yang jatuh Bingung kemana hati harus bertumpu Datanglah kau dengan kaku Lucunya, aku tersipu Kita tak terencanakan Pun angan-angan Tak sedikitpun terpikirkan Hasrat untuk berpasangan Hanya bertegur-sapa melalui pesan singkat Tuk saling kenal karena kita sependapat Lalu dengan sengaja takdir mengikat Dan ternyata kau terpikat Ku tak ingin mencinta Tak ingin pula ku terpanah Namun ku jatuh dengan lugunya Seperti cinta pada pandangan pertama Tak kusangka Itu hanya dusta belaka Kaulah lelaki pertama Yang kukenalkan pada Mama Betapa bahagia Dirimu dianggap ada Tak seperti yang sebelumnya Hari ke minggu Minggu ke bulan Ada yang berubah Jarak yang awalnya bukanlah perkara Kini menjadi masalah utama Tak apa jika kau seperti yang kukira Ternyata begitulah kau adanya Seperti Strelitzia di Afrika Indah, namun membuatku melemah Untung saja mata ini terbuka Tak pernah sedikitpun kusesali Apa yang pernah kita

Itukah sabar?

Ingin kau memaki Ingin kau mencaci Ingin kau hempas meja rias ini Ingin kau sobek kain yang melekat ini Ingin kau tarik setiap helai rambut ini Lakukanlah Namun ke hutan lah Kau kira dunia kau saja yang punya? Lakukanlah Maka tak beda kau dengan orang gila Diamlah Aku tau hatimu meronta Mungkin kau harus lebih tabah Menjaga hati yang ada Kemudian matilah jiwa Yang ingin diucap tertahan lidah Pikiran terkurung seperti penjara Sabarlah kata petuah Namun dia tau apa? Tentang hati yang sudah gerah Diselimuti kata tabah Hari ini langit pun tak cerah Seakan tak mengerti diri yang sedang berusaha Namun kau bisa apa? Diam saja Itukah sabar? 9.21 p.m Bagian Utara Sulawesi, bukan Sulawesi Utara.

Cari Saja Sendiri

Gambar
Mungkin aku hanya butuh waktu Tuk menyendiri Tuk menyembuhkan sakit yang ditimbulkan oleh diri sendiri Mungkin aku hanya tidak tahu Apa mau hati ini Saat ramai ku tak butuhkan mu Saat sepi hati ini menggilaimu Memang tidak tahu diri Bukan karena telah berpaling hati Tapi kita memang telah tertatih Atau aku yang terlalu berekspektasi tinggi? Selalu saja terjadi Aku yang pergi, dan akhirnya menyesali Aku yang patah hati, tanpa ada yang mengasihani Letih Akan kebodohan ku sendiri Pedih Akankah ada cinta sejati?