Semua butuh waktu, pun dirimu.


Kalau bisa,
Aku lebih memilih bicara pada diri sendiri
Mengapa dunia begitu kacau?
Mengapa orang-orang begitu aneh?
Mengapa jalan begitu ramai?
Namun sudut kamar ini masih terasa sepi


Kalau bisa,
Inginku bertukar pikiran
dengan setiap halaman buku pada rak itu
Mengapa rasa ini tak kunjung hilang?
Mengapa tak juga pulih?
Sepi, hening, hampa,
seperti rumah tak berpenghuni


Apa dan siapa yang bisa mengisi?
Setiap doa dalam sujud?
atau tetes air mata yang jatuh?

Hidup ini seperti lelucon
Anehnya, tak ada tawa.

Kalau bisa,
Kau saja yang kujadikan teman bicara
Ribuan tanya dibalik batunya kepala
Terlalu banyak kata tak terucap
Tangis tak terdengar? tak perlulah disebut

Entah besok atau lusa,
Udara segar bisa dihirup dengan bebasnya
Kaki bisa berpijak dengan nyamannya
Kuharap tak akan kau lewatkan
Perbincangan pukul tiga itu,
dengan mata sayup,
dan omongan yang mulai ngelantur


Saat ini, baiknya diam saja
Teriak pun mereka tak dengar
Apalagi berbisik
Amati saja mereka,
tanpa kecewa, tanpa marah, tanpa suara

Tetap sadar, pun sabar.
Semua butuh waktu, pun dirimu.



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Untuk Pelita Yang Tak Pernah Padam

URGENT!