Bintang, Aku Iri

Atap begitu monoton
Hanya tabung kaca bercahaya yang menerangi
Kemana bintang di kota ini?
Tak seperti bintang disana
Bintang yang dapat kau lihat dari tempat kau berpijak
Bintang-bintang itu seakan tak pernah meninggalkanmu
Mereka berpindah, ya beberapa derajat
Mungkin karena ingin menyaksikan dirimu dari sudut pandang yang lain
Mereka tak pernah berpisah
Selalu bersatu membentuk sebuah segitiga samakaki, panah, ataupun jajar genjang.
Mereka mungkin tak seindah rasi bintang yang ada di film disney
Tapi mereka nyata, dan pasti.
Bukankah hal itulah yang kita butuhkan?

Kau tak tahu kapan mereka akan menghilang
Namun satu hal yang pasti, mereka telah bersedia dengan kerlipannya menyaksikan tangisan, tawa, dan senyumanmu
Bahkan mereka bersedia menyaksikanmu bersenda gurau melalui saluran telepon dengan dia yang telah mencampakkanmu
Menemani di tiap kesendirianmu yang hanya dihibur oleh musik sedih yang tak berkesudahan

Tidakkah mereka hidup? Karena mereka seperti bernyawa
Jika dikatakan mereka hanyalah sebuah benda langit yang memancarkan cahaya
Lalu mengapa ku merasa kerlipannya bagaikan detak jantung?
Mereka seakan-akan tersenyum untuk menghiburmu saat harimu sedang buruk
Atau bahkan menyanyi bersamamu
Dan cahayanya seakan mengajakmu berdansa saat mendengarkan musik pop

Bintang-bintang di atap rumahku
Maaf telah meninggalkanmu
Hanya menengokmu tiga kali setahun
Kau tak bisa terlihat dari ribuan kilo
Mengapa kau tak mengikutiku?
Ah, aku egois ya. 
Meninggalkanmu namun menyuruhmu ikut

Bintang, aku rindu.
Rindu melihatmu di malam hari
Menyambungkanmu satu demi satu
Pun orang-orang yang kau terangi di balik atap itu
Bintang, aku iri

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Untuk Pelita Yang Tak Pernah Padam

URGENT!